MAKALAH
KARAKTERISTIK PENYESUAIAN DIRI
REMAJA
1. JakaSatriaHimawan (201533207)
2. Farida
AkhmadSulistiani .H (201533165)
3. SeptianaHikmahPratiwi (201533187)
Prodi Pendidikan Guru SekolahDasar
FakultasKeguruanIlmuPendidikan
UniversitasMuria Kudus
Tahun 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makna akhir dari hasil pendidikan
seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat
membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan
pada tuntutan masyarakat. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang didapat di
sekolah dan di luar sekolah ia memiliki sejumlah pengetahuan, kecakapan,
minat-minat, dan sikap-sikap. Dengan pengalaman-pengalaman itu ia secara
berkesinambungan dibentuk menjadi seorang pribadi seperti apa yang dia miliki
sekarang dan menjadi seorang pribadi tertentu di masa mendatang.
Seseorang tidak dilahirkan dalam
keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri.
Kondisi fisik, mental dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh
faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian
yang baik atau yang salah.
Sejak lahir sampai meninggal seorang
individu merupakan organisme yang aktif.Ia aktif dengan tujuan dan aktifitas
yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan
jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi peluang kepadanya untuk
berfungsi sebagai anggota kelompoknya. Penyesuaian diri adalah suatu proses.
Dan salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya adalah memiliki
kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri
sendiri maupun terhadap lingkungannya.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan penyesuaian diri ?
2.
Bagaimanakah
proses penyesuaian diri ?
3.
Apa
saja karakteristik penyesuaian diri ?
4.
Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri ?
5.
Apa
saja permasalahan-permasalahan penyesuaian diri remaja ?
6.
Bagaimanakah
implikasi penyesuaian diri remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan ?
1.3 Tujuan
Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam
pembuatan makalah ini adalah:
1.
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah perkembangan peserta didik
2.
Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan penyesuaian diri
3.
Untuk
mengetahui tentang bagaimana proses penyesuaian diri
4.
Untuk
mengetahui apa saja karakteristik penyesuaian diri
5.
Untuk
mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri
6.
Untuk
mengetahui apa saja permasalahan-permasalahan penyesuaian diri remaja
7.
Untuk
mengetahui bagaimana implikasi penyesuaian diri remaja terhadap penyelenggaraan
pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Penyesuaian Diri
Beberapa pengertian:
Ø Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang
bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih
sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Atas dasar pengertian
tersebut dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia sanggup untuk membuat
hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan lingkungannya.
Ø Penyesuaiandiri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment
atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat
ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi
(adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konfornitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery).
Selain pengertian di atas, ada juga defenisi atau pengertian
penyesuaian diri menurut
para ahli, diantaranya adalah :
Schneiders
(1964) menyatakan bahwa penyesuaian diri mempunyai banyak arti antara lain:
usaha manusia untuk mengurangi tekanan akibat dorongan kebutuhan, usaha untuk
memelihara keseimbangan antara pemenuhan dan tuntutan lingkungan serta usaha
untuk menyeiaraskan hubungan individu dengan realitas. la memberikan batasan
penyesuaian diri sebagai proses yang melibatkan respon mental dan perilaku
manusia dalam usaha mengatasi dorongan-dorongn dari dalam diri agar diproses
kesesuaian antara tuntutan dari dalam diri dan lingkungan. Hal ini berarti
penyesuaian diri merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan suatu kondisi
yang stastis.
Menurut
Meichati (1983) kunci penyesuaian diri terletak pada keberhasilan manusia
memenuhi dorongan dari dalam dan dari luar, di mana cara yang dilakukan untuk
memenuhi dorongan tersebut baik bagi dirinya tetapi juga baik untuk lingkungan.
Penyesuaian diri merupakan cara individu bergaul dengan diri sendiri, orang
lain dan dengan lingkunganya.
Dengan
demikian, berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
penyesuaian diri adalah merupakan kemampuan aktivitas mental dan tingkah laku
individu dalam menghadapi tuntutan baik dari dalam diri (personal) maupun dari
lingkungan (sosial) demi memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan penuh rasa
bahagia dan memuaskan.
Makna Masa Remaja
Fenomena
perubahan-perubahan psikofisik yang menonjol terjadi dalam masa remaja:
1.
Freud
(yang teori kepribadiannya berorientasikan kepada seksual libido, dorongan
seksual), menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa mencari hidup seksual yang
mempunyai bentuk yang definitive karena perpaduan(unifikasi) hidup seksual yang
banyak bentuknya (poly-morph) dan infantile (sifat kekanak-kanakan).
2.
Charlotte
Buhler (yang membandingkan proses pendewasaan pada hewan dan manusia),
menafsirkan masa remaja sebagai masa kebutuhan isi-mengisi. Individu menjadi
gelisah dalam kesunyiannya, lekas marah, dan bernafsu dan dengan ini tercipta
syarat-syarat untuk kontak dengan individu lain.
3.
Spranger
(yang teori kepribadiannya berorientasikan kepada sikap individu terhadap
nilai-nilai), menafsirkan masa remaja itu sebagai suatu masa pertumbuhan dengan
perubahan struktur kejiwaan yang fundamental ialah kesadaran akan aku,
berangsur-angsur menjadi jelasnya tujuan hidup, pertumbuhan kearah dan ke dalam
berbagai lapangan hidup.
4.
Hoffman
(berorientasikan pada teori resonansi psikis) merupakan suatu masa pembentukan
sikap-sikap terhadap segala sesuatu yang dialami individu.
5.
Conger
(yang menekankan pada pendekatan interdisipliner dalam pemahamannya terhadap
kehidupan remaja masa kini) sebagai suatu masa yang amat kritis yang mungkin
dapat merupakan the best of time and the worst of time.
B.
Proses
Penyesuaian Diri
Penyesuaian
diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang
sempurna tidak pernah tercapai.Penyesuaian yang sempurna terjadi jika manusia
atau indvidu selalu dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya
di mana tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan di mana semua fungsi
organisme atau individu berjalan dengan normal.Sekali lagi, bahwa penyesuaian
yang sempurna seperti itu tidak pernah dapat dicapai. Oleh karena itu
penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat (lifelong process), dan manusia
terus-menerus berupaya menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna
mencapai pribadi yang sehat.
Proses
penyesuaian diri menurut Schneiders (1984), melibatkan tiga unsur yangakan
mewarnai kualitas proses penyesuaian diri individu yaitu :
1.
Motivasi
dan Proses Penyesuaian Diri
Motivasi
sama dengan kebutuhan, perasaan, dan emosi merupakan kekuatan internal yang
menyebabkan ketegangan dan ketidakseimbangan dalam organisme.
2.
Sikap
terhadap realitas dan Proses Penyesuaian Diri
Secara
umum dapat dikatakan sikap yang sehat terhadap realitas dan kontak yang baik
terhadap realitas sangat diperlukan bagi penyesuaian diri yang sehat.
3.
Pola
Dasar Penyesuaian Diri
Dalam proses penyesuaian diri sehari-hari terdapat suatu
pola dasar penyesuaian diri. Misalnya : seorang anak membutuhkan kasih sayang
dari orang tuanya yang selalu sibuk. dalam situasi tersebut anak akan frustasi
dan berusaha menemukan pemecahan yang berguna mengurangi ketegangan antara
kebutuhan akan kasih sayang dengan frustasi yang dialami. Dalam beberapa hal,
respon pengganti tidak tersedia, sehingga individu mencari suatu respon lain
yang akan memuaskan motivasi dan mereduksi ketegangan.
Individu dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri
apabila ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara-cara yang wajar atau apabila
dapat diterima oleh lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu lingkungannya.
C.
Karakteristik
Penyesuaian Diri
Penyesuaian
diri remaja memiliki karakteristik yang khas, yang dapat dilihat berbagai sisi,
yaitu sebagai berikut :
1.
Penyesuaian
Diri Remaja terhadap Peran dan Identitasnya
Tujuannya
adalah memperoleh identitas diri yang semakin jelas dan dapat dimengerti serta
diterima oleh lingkumgannya, baik lingkungan keluarga, sekolah, ataupun
masyarakat.
2.
Penyesuaian
Diri Remaja terhadap Pendidikan
Pada
umumnya, para remaja berjuang untuk meraih kesuksesan dalam belajar, tetapi
dengan cara-cara yang menimbulkan perasaan bebas dan senang, terhindar dari
tekanan dan konflik, atau bahkan frustasi.
3.
Penyesuaian
Diri Remaja terhadap Kehidupan Seks
Secara
keseluruhan, remaja ingin memahami kondisi seksual dirinya dan lawan
jenisnyaserta mampu bertindak untuk menyalurkan dorongan seksualnya yang dapat
dimengerti dan dapat dibenarkan oleh norma sosial dan agama.
4.
Penyesuaian
Diri Remaja terhadap Norma Sosial
Penyesuaian
diri remaja terhadap norma sosial mengarah pada dua dimensi, yaitu remaja ingin
diakui keberadaannya dalam masyarakat dan remaja ingin bebas menciptakan
aturan-aturan tersendiri yang lebih sesuai untuk kelompoknya, tetapi menuntut
agar dapat dimengerti dan diterima oleh masyarakat dewasa.
5.
Penyesuaian
Diri Remaja terhadap Waktu Luang
Dalam
konteks ini upaya yang harus dilakukan oleh remaja adalah melakukan penyesuaian
antara dorongan kebebasannya serta inisiatif dan kreativitasnya dengan
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat agar dapat berguna bagi dirinya maupun orang
lain.
6.
Penyesuaian
Diri Remaja terhadap Uang
Remaja
berusaha untuk mampu bertindak secara proporsional, melakukan penyesuaian
antara kelayakan pemenuhan kebutuhannya dengan kondisi ekonomi orang tuanya.
7.
Penyesuaian
Diri remaja terhadap Kecemasan, Konflik, dan Frustasi
Menurut
Signund Freud (Corey, 1989), strategi yang digunakan untuk mengatasi masalah
kecemasan, konflik, dan frustasi adalah menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism) seperti kompensasi,
rasionalisasi, proyeksi, sublimasi, identifikasi, regresi, dan fiksasi.
D.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri
Secara keseluruhan kepribadian mempunyai fungsi sebagai penentu
primer terhadap penyesuaian diri. Penetu berarti faktor yang mendukung,
mempengaruhi, atau menimbulkan efek pada proses penyesuaian. Secara sekunder
proses penyesuaian ditentukan oleh faktor-faktor yang menentukan kepribadian
itu sendiri baik internal maupun eksternal. Penentu penyesuaian identik dengan
faktor-faktor yang mengatur perkembangan dan terbentuknya pribadi secara
bertahap.
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri tersebut diantaranya
adalah:
1.
Kondisi
Jasmaniah
Kondisi jasmaniah seperti pembawaan dan struktur atau
konstitusi fisik dan tempramen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek
perkembangannya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi
tubuh.Shekdon mengemukakan bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara tipe-tipe
bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Moh.Surya, 1977).Misalnya orang yang
tergolong ektomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan
sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, pemalu, dan
sebagainya.Di samping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan
dengan penyesuaian diri.Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat
diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula.
2. Perkembangan dan Kematangan
Dalam proses perkembangan, respon anak berkembang dari
respon yang bersifat instinktif menjadi respon yang diperoleh melalui belajar
dan pengalaman. Dengan bertamabahnya usia perubahan dan perkembangan respon,
tidak hanya melalui proses belajar saja melainkan anak juga menjadi matang
untuk melakukan respon dan ini menentukan pola-pola penyesuaian dirinya. Sesuai
dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai berbeda antara
individu yang satu dengan lainnya, sehingga pencapaian pola-pola penyesuaian
diri pun berbeda pula secara individual.
3. Psikologis
Banyak
sekali faktor psikologis yang mempengaruhi penyesuaian diri, di antaranya
adalah :
1.) Pengalaman
Tidak
semua pengalaman mempunyai arti bagi penyesuaian diri.Pengalaman-pengalaman
tertentu yang mempunyai arti dalam penyesuaian diri adalah pengalaman yang
menyenangkan dan pengalaman traumatik atau menyusahkan.
2.) Belajar
Proses
belajar merupakan suatu dasar yang fundamental dalam proses penyesuaian diri,
karena melalui belajar ini akan berkembang pola-pola respon yang akan membentuk
kepribadian.
3.) Determinasi diri
Dalam
proses penyesuaian diri, di samping ditentukan oleh faktor-faktor tersebut di
atas, orangnya itu sendiri menentukan dirinya, terdapat faktor kekuatan yang
mendorong untuk mencapai sesuatu yang baik atau buruk, untuk mencapai taraf
penyesuaian yang tinggi, dan atau merusak diri. Faktor-faktor itulah yang
disebut determinasi diri.
4.) Konflik dan penyesuaian
Ada
beberapa pandangan bahwa semua konflik bersifat mengganggu atau merugikan.Namun
dalam kenyataan ada juga seseorang yang mempunyai banyak konflik tanpa
hasil-hasil yang merusak atau merugikan.Sebenarnya, beberapa konflik dapat
bermanfaat memotivasi sesorang untuk meningkatkan kegiatan. Cara sesorang
mengatasi konfliknya dengan meningkatkan usaha ke arah pencapaian tujuan yang
menguntungkan secara sosial, atau mungkin sebaliknya ia memecahkan konflik
dengan melarikan diri, khususnya lari ke dalam gejala-gejala neourotis.
4. Lingkungan
Adapun
beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah :
1.)
Pengaruh rumah dan keluarga
Faktor
rumah dan keluarga merupakan satuan kelompok sosial terkecil.Interaksi sosial
yang pertama diperoleh individu adalah dalam keluarga. Kemampuan interaksi
sosial ini kemudian akan dikembangkan di masyarakat.
2.)
Hubungan orang tua dan anak
Pola
hubungan antara orang tua dengan anak akan mempunyai pengaruh terhadap proses
penyesuaian diri anak-anak. Beberapa pola hubungan yang dapat mempengaruhi
penyesuaian diri antara lain, menerima (acceptance),
menghukum dan disiplin yang berlebihan, memanjakan dan melindungi anak secara
berlebihan, serta penolakan.
3.)
Hubungan saudara
Suasana
hubungan saudara yang penuh persahabatan, kooperatif, saling menghormati, penuh
kasih sayang, mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk tercapainya
penyesuaian yang lebih baik.Sebaliknya suasana permusuhan, perselisihan, iri
hati, kebencian, dan sebagainya dapat menimbulkan
kesulitan dan kegagalan penyesuaian diri.
4.)
Masyarakat
Keadaan
lingkungan masyarakat di mana individu berada merupakan kondisi yang menentukan
proses dan pola-pola penyesuaian diri. Kondisi studi menunjukkan bahwa banyak
gejala tingkah laku salah satu bersumber dari keadaan masyarakat.
5.)
Sekolah
Sekolah
mempunyai peranan sebagai media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual,
sosial, dan moral para siswa. Suasana di sekolah baik sosial maupun psikologis
menentukan proses dan pola penyesuaian diri.
5. Kultural dan agama
Lingkungan kultural di mana individu
berada dan berinteraksi akan menentukan pola-pola penyesuaian dirinya.
Contohnya tata cara kehidupan di sekolah, di mesjid, gereja, dan semacamnya
akan mempengaruhi bagaimana anak menempatkan diri dan bergaul dengan masyarakat
sekitarnya. Sedangkn agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam
mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainnya. Agama juga memberikan
suasana damai dan tenang bagi anak, serta agama merupakan sumber nilai,
kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti,
tujuan, dan kestabilan hidup umat manusia.
Soetarno (1993) mengemukakan bahwa
pada dasamya mengadakan hubungan dengan manusia lain mengandung suatu
pengertian yang lebih luas, yakni mengadakan hubungan dengan lingkungan.
Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik, yakni alam benda-benda yang kongkrit,
dan lingkungan non fisik misalnya kevakinan ide-ide dan falsafah yang terdapat
di lingkungan individu itu. Individu manusia selalu mengadakan hubungan dengan individu
lain baik secara fisik, psikis maupun rohani karena hubungan dengan lingkungan
dapatmenggiatkan dan merangsang perkembangan atau pemberian sesuatu yang ia
perlukan. Tanpa hubungan ini seseorang tidak dapat dikatakan individu lagi.
E.
Permasalahan-Permasalahan
Penyesuaian Diri Remaja
Tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat
tergantung pada sikap orang tua dan suasana psikologi dan sosial dalam
keluarga.Contoh : sikap orang tua yang menolak. Penolakan orang tua terhadap
anaknya dapat dibagi menjadi dua macam.Pertama, penolakan mungkin merupak
penolakan tetap sejak awal, di mana orang tua merasa tidak sayang kepada
anakanya, karena berbagai sebab, mereka tidak menhendaki kelahirannya. Menurut
Boldwyn yang dikutip oleh Zakiah Darajat (1983): “bapak yang menolak anaknya
berusaha menundukkan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan, karena itu ia
mengambil ukuran kekerasan, kekejaman tanpa alasan nyata.” Jenis kedua, dari
penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan anak. Contoh:
orang tua memberi tugas kepada anaknya berbarengan dengan rencana anaknya untuk
pergi nonton bersama dengan teman sejawatnya.
Sikap orang tua yang otoriter, yaitu
yang memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan menghambat
proses penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja berusaha untuk menentang
kekuasaan orang tua dan pada gilirannya ia akan cenderung otoriter terhadap
teman-temannya dan cenderung menentang otoritas yang ada baik di sekolah maupun
di masyarakat.
Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi
remaja dapat berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan
keluarga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja yang hidup di dalam rumah
tangga yang retak, mengalami masalah emosi, tampak padanya ada kecenderungan yang
besar untuk marah, suka menyendiri, di samping kurang kepekaaan terhadap
penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta lebih gelisah
dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang wajar. Terbukti
pula bahwa kebanyakan anak-anak yang dikeluarkan dari sekolah karena tidak
dapat menyesuaikan diri adalah mereka yang datang dari rumah tangga yang pecah
atau retak itu.
Selain itu penyesuaian diri remaja dengan kehidupan di
sekolah. Permasalahan penyesuaian diri di sekolah mungkin akan timbul ketika
remaja mulai memasuki jenjang sekolah yang baru, baik sekolah lanjutan pertama
maupun sekolah lanjutan atas. Mereka mungkin mengalami permasalahan penyesuaian
diri dengan guru-guru, teman, dan mata pelajaran. Sebagai akibat antara lain
adalah prestasi belajar menjadi menurun dibanding dengan prestasi di sekolah
sebelumnya.
Pemasalahan lain yang mungkin timbul adalah penyesuaian diri
yang berkaitan dengan kebiasaan belajar yang baik. Bagi siswa yang baru masuk
sekolah lanjutan mungkin mengalami kesulitan dalam membagi waktu belajar, yakni
adanya pertentangan antara belajar dan keinginan untuk ikut aktif dalam
kegiatan sosial, kegiatan ekstra kurikuler, dan sebagainya.
F.
Impliksai
Proses Penyesuaian Remaja terhadap Penyelenggaraan Pendidikan.
Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap
perkembangan jiwa remaja.Sekolah selain mengemban fungsi pengajaran juga fungsi
pendidikan.Dalam kaitannya dengan pendidikan ini, peranan sekolah pada
hakikatnya tidak jauh dari peranan keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat
perlindungan jika anak didik mengalami masalah.
Adapun
beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proses penyesuaian diri
remaja khususnya di sekolah adalah :
1.
Menciptakan
situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa betah bagi anak didik, baik secara
sosial, fisik maupun akademis.
2.
Menciptakan
suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.
3.
Usaha
memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial, maupun
seluruh aspek pribadinya.
4.
Menggunakan
metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar.
5.
Menggunakan
prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
6.
Ruangan
kelas yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
7.
Peraturan
atau tata tertib yang jelas dan dipahami murid-murid.
8.
Teladan
dari para guru dalam segala segi pendidikan.
9.
Kerja
sama dan saling pengertian dari para guru dalam melaksanakan kegiatan
pendidikan di sekolah.
10.
Pelaksanaan
program bimbingan dan penyuluhan yang sebaik-baiknya.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
·
Penyesuaian
diri adalah merupakan kemampuan aktivitas mental dan tingkah laku individu
dalam menghadapi tuntutan baik dari dalam diri (personal) maupun dari
lingkungan (sosial) demi memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan penuh rasa
bahagia dan memuaskan.
·
Proses
penyesuaian diri menurut Schneiders (1984), melibatkan tiga unsur yang akan
mewarnai kualitas proses penyesuaian diri individu, yakni motivasi dan proses
penyesuaian diri, sikap terhadap realitas dan proses penyesuaian diri, serta
pola dasar penyesuaian diri.
·
Penyesuaian
diri remaja memiliki karakteristik yang khas, yang dapat dilihat berbagai sisi,
yakni penyesuaian diri terhadap peran dan identitasnya, pendidikan, kehidupan
seks, norma sosial, waktu luang, uang, kecemasan, konflik, dan frustasi.
·
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri tersebut diantaranya
adalah kondisi jasmaniah, perkembangan dan kematangan, psikologis, lingkungan,
serta kultural dan agama.
·
Permasalahan-permasalahan
penyesuaian diri yang dihadapi remaja dapat berasal dari suasana psikologis
keluarga seperti keretakan keluarga. Banyak penelitian membuktikan bahwa remaja
yang hidup di dalam rumah tangga yang retak, mengalami masalah emosi, tampak
padanya ada kecenderungan yang besar untuk marah, suka menyendiri, di samping
kurang kepekaaan terhadap penerimaan sosial dan kurang mampu menahan diri serta
lebih gelisah dibandingkan dengan remaja yang hidup dalam rumah tangga yang
wajar.
·
Lingkungan
sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja.
Sekolah selain mengemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan. Dalam
kaitannya dengan pendidikan ini, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh
dari peranan keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika anak
didik mengalami masalah.
2.
Saran
Sebagai penyusun kami merasa masih ada kekurangan dalam
pembuatan makalah ini, oleh karena itu kami mohon kritik dan sarandari pembaca
untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sari, J. et al. 2013. Perkembangan
Peserta Didik Problematika Remaja SMP
Sarlito Wirawan Sarwono. 1997. Psikologi
Remaja. Jakarta: Gramedia.
Sunarto, H. & Hartono, Agung.1998.
Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Universitas Islam Indonesia.
2012. Penyesuaian Diri Remaja Putus Sekolah
Syamsudin Makmun, Abin. 2012. Psikologi Kependidikan.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya